Ini adalah sebuah cerita perjalanan turis lokal yang melancong ke Gili Trawangan, my favorite island. :)
Enjoy this, buat pencinta pantai sudah pasti kepengen kesini, dan wajib!
Ini adalah sebuah perjalanan nekat yang bekal semangatnya lebih besar
dibandingkan uang dan informasi. Karena kami berdua yakin kenekatan
yang dibarengi dengan niat yang baik sudah cukup menjadi bekal yang akan
mempermudah setiap langkah perjalanan kami.
Memulai dari Surabaya menuju destinasi pertama yaitu Gili Trawangan,
sebuah pulau kecil di Lombok Utara yang kecantikannya harum semerbak
sampai mancanegara. Sengaja kami memilih Gili Trawangan, bukan Gili Meno
ataau Gili Air adalah karena kami menganggap Trawangan adalah icon dari
pariwisata Lombok, selain karena testimoni keindahan pulau ini yang
sudah overload masuk kedalaam memori otak kami. Sengaja kami mengambil
rute pesawat Surabaya-Denpasar, yang tak sengaja memang ada harga super
gila 140ribu/pax pulang-pergi. Selain itu juga ada alasan untuk
jalan-jalan di Bali, setelah dari Lombok.
Sesampai di Bali kami langsung menuju Padang Bai, dermaga dimana boat
cepat akan mengantar kami langsung ke Gili Trawangan. Super cepat,
karena hanya membutuhkan waktu satu setengah jam untuk sampai di Gili
Trawangan, dibandingkan kami harus naik feri dari Padang Bai ke Lempar
yang memakan waktu enam jam. Hembusan angin laut, goncangan ombak yang
sangat bersahabat dan langit biru menawan, membuat sempurna perjalanan
satu setengah jam diatas boat cepat, ditambah bonus atraksi keluarga
lumba-lumba khas selat Lombok, membuat semakin sempurna perjalanan kami.
Siang hari pertama di Gili Trawangan kami habiskan untuk berenang
dipantai, bermain pasir, berburu landscape melalui bidikan kamera kami
dan tentunya aktifitas outdoor yang paling saya sukai, bersepeda. Tidak
usah ke Belanda untuk bisa melihat sepeda bagian dari budaya keseharian
anak manusia, tapi cukup di Gili Trawangan. Jangan berharap bertemu
dengan kendaraaan bermesin disana. Yang ada hanya sepeda angin berbagai
jenis dan tentunya cikar dokar motor atau biasa disebut cidomo. Jauh
sebelum isu Global Warming meramaikan agenda setting media-media di
dunia, Trawangan sudah menerapkaan penyelamatan bumi dengan sepeda. Saya
tidak tahu jelas bagaimana ceritanya bisa seperti itu. Butuh waktu
kurang lebih dua jam untuk bisa menjelajahi pulau, dengan jalanan yang
kebanyakaan dipenuhi pasir dan teriknya mentari khas pantai. Sepanjang
perjalanan akan banyak sekali spot menarik, mulai dari pohon yang
tumbang, tanah lapang kaplingan cukong, sapi, kambing yang dilepaskan
bebas oleh pemiliknya, atau resort-resort mewah yang bertuliskan Private
dont entry.
Kalau malas bersepeda keliling pulau pada sore hari, saat yang tepat
untuk snorkeling, dengan modal 35 ribu sama seperti tarif sepeda, anda
bisa meminjam peralatan snorkeling. Kalau takut berenang saat pagi,
disaat air laut surut, saking beningnya air laut, dengan mata telanjang
anda bisa menikmati biota laut seperti bintang laut, keluarga siput
laut, ikan-ikan kecil, dan kerang laut.
Penjaja persewaan snorkeling ini juga seperti persewaan sepeda ada
dimana-mana sepanjang jalan protokol. Anda tinggal memilih spot
snorkeling sesuai keinginan anda, mulai dari yang rame sampai yang sepi.
Karena kantong kami cekak, maka kami hanya bisa menikmati Gili
Trawangan melalui sepeda yang menjadi sahabat Gili Trawangan yang anti
Global Warming dan Snorkeling yang murah meriah, tidak seperti diving
yang mahal atau sun bathing yang kulit asia seperti kami sudah menjadi
makanan sehari-hari.
Oleh: aida setyawan
-detiktravel
Langganan:
Postingan (Atom)